Friday, April 26, 2013

Indahnya Sawah Terasering di Tegalalang

Ubud adalah sebuah ibukota kecamatan di Pulau Bali yang terkenal sebagai salah pusat seni dan budaya yang patut dikunjungi oleh wisatawan. Memasuki kota Ubud, kita akan melihat deretan patung batu yang menghiasi rumah-rumah penduduk. Gapura dengan motif relief khas Bali juga ditata dengan apik dan artistik. Lokasinya yang terletak di pegunungan dengan kawasan pertanian yang luas membuat Ubud cocok untuk siapa saja yang menyukai pemandangan hijau berudara segar. Cukup lama saya berada di kota ini. Meskipun kecil, Ubud ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Suatu hari saya berkunjung ke Tegalalang. Letaknya sekitar lima belas menit dengan kendaraan bermotor. Ada beberapa warung kopi yang dibangun di lereng gunung menghadap sawah-sawah terasering milik para petani Bali. Kondisi lereng pegunungan yang curam, telah disulap menjadi lahan pertanian yang subur. Orang Bali terkenal dengan kerja-sama pertanian mereka yang disebut Subak. Meskipun pariwisata merupakan penggerak utama perekonomian di Bali, pertanian masih merupakan satu-satunya lahan penghidupan yang menyerap paling banyak tenaga kerja.
Tentu saja wisatawan yang datang ke Bali memerlukan sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan berbagai produk pertanian olahan lainnya. Oleh karena itu, industri pariwisata juga didukung oleh sektor pertanian secara penuh. Duduk di warung kopi sambil memandang areal persawahan terasa lebih nikmat ketika para pelayan datang dengan sepoci teh hangat dan sepring pisang goreng.
Saat berada di Tegalalang, saya bisa melupakan sejenak segala kesibukan yang biasanya saya hadapi ketika bekerja di depan komputer. Daya tarik dunia maya memang luar biasa. Tapi keindahan alam pertanian di Tegalalang ini merilekskan dan menyegarkan pikiran saya. Setelah kembali dari sana, pikiran bisa menjadi segar kembali sehingga saya dapat bekerja secara efisien.
Nah, jika Anda sedang stress dengan beban pekerjaan di kantor, cobalah ambil liburan sejenak ke daerah pedesaan atau pegunungan di sekitar Anda.


Tuesday, April 23, 2013

Tas Batik

Saya suka mampir di sebuah rumah makan di Jalan Dewi Sita, Ubud. Letaknya lebih tinggi dari permukaan jalan. Di situ saya sering memesan nasi soto atau es teh sambil menikmati sepiring pisang goreng. Sambil menunggu makanan yang saya pesan, saya menyalakan kamera dan mulai memotret berbagai hal yang menarik di sekeliling saya. Masih dalam satu bangunan dengan rumah makan tersebut ada sebuah gerai kecil yang menjual pakaian dan tas batik. Jenis pakaian yang digantung adalah pakaian tidur.
Tas batik yang dipajang nampaknya dijahit dari potongan-potongan kain batik yang kemungkinan adalah sisa dari penjahitan pakaian. Memang orang Bali sangat terampil dalam mengolah apa saja yang ada di sekitar mereka untuk menjadi benda seni atau produk-produk lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ada beberapa wisatawan yang melihat kain tersebut.
Sejak dinyatakan sebagai warisan budaya (cultural heritage) bangsa Indonesia oleh UNESCO, kain batik semakin dipromosikan sebagai produk tekstil yang berkualitas tinggi. Proses daur ulang kain batik sisa guntingan dari penjahitan pakaian merupakan ide yang sangat cemerlang. Semoga hal ini diterapkan pula dalam berbagai industri yang lain agar jumlah limbah atau produk sisa olahan bisa dimanfaatkan lagi.
Industri pertekstilan Indonesia harus pintar-pintar berinovasi agar tidak tenggelam dalam menghadapi produk-produk negara lain yang membanjiri pasar nusantara. Pemanfaatan potongan kain batik menjadi tas yang menarik seperti yang nampak pada foto di atas merupakan strategi jitu dalam menangkap peluang pasar yang ada di dunia pariwisata.
Tak lama kemudian, sepiring pisang goreng dan segelas es teh dihidangkan di hadapan saya. Untuk sementara saya mengalihkan perhatian ke snack sore yang lezat ini sambil sekali-sekali mengagumi keindahan pakaian dan tas batik karya tangan-tangan orang Bali yang bercita rasa seni yang tinggi tersebut. Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com