Friday, October 25, 2013

Liburan di Raja Ampat

Pemandangan pulau-pulau karst yang tersebar di Kabupaten Raja Ampat menjadikannya sebagai sebuah daerah tujuan (destinasi) wisata maritim yang terpopuler di Indonesia dan bahkan di dunia. Setiap musim liburan tiba, banyak sekali wisatawan domestik maupun manca negara yang mengambil paket wisata ke daerah yang memiliki lebih dari seribu lima ratus pulau tersebut.
Kepulauan Piaynemo di Kabupaten Raja Ampat
Untuk wisatawan yang bukan penyelam, hal utama yang menarik perhatian mereka adalah Kepulauan Wayag. Sebenarnya pemandangan pulau-pulau karst dapat pula dilihat di Kepulauan Fam (yang disebut juga Piaynemo), Kepulauan Misool dan Kofiau serta Teluk Kabui. Pulau-pulau ini berukuran kecil, terjal dan berada di lautan dengan jarak nyang dekat sekali. Gugusan pulau karst tersebut akan menyajikan pemandangan bahari yang indah sekali jika seseorang berada pada salah satu puncak pulau tersebut. Pada umumnya wisatawan yang bukan penyelam berasal dari Indonesia. Namun mereka suka menikmati snorkeling. Ada banyak sekali spot snorkeling di Raja Ampat.
Selain snorkeling, wisatawan dapat pula melihat burung cendrawasih atau berkunjung ke perkampungan nelayan yang ada di pulau-pulau dari kabupaten itu.
Ikan dan Terumbu Karang di Pulau Arborek - Raja Ampat
Wisatawan yang ingin menjelajah seluruh wilayah Raja Ampat hingga ke kepulauan Misool di bagian selatan pada umumnya mengambil paket wisata yang ditawarkan oleh kapal-kapal layar Phinisi yang disebut juga Liveaboard. Operator tour yang menggunakan kapal liveaboard atau live on board (LOB) tersebut mematok harga paket tour hingga puluhan juta rupiah per orang.
Teluk Kabui di Kepulauan Raja Ampat
Jika Anda memiliki anggaran terbatas, saya sarankan untuk mengambil paket wisata ke Raja Ampat yang membawa Anda untuk menginap di salah satu homestay di sana. Dari homestay tersebut, Anda tetap bisa menjelajah sebagian wilayah di Raja Ampat dengan menggunakan speed boat. Harga paket wisatanya tergolong lebih terjangkau jika Anda ingin bepergian dalam satu kelompok beranggotakan 6 hingga 8 orang.
Silahkan menghubungi saya, Charles Roring, lewat e-mail: peace4wp@gmail.com, atau hp 081332245180 

Saturday, September 21, 2013

Noken

Noken adalah istilah yang umum dipakai oleh masyarakat untuk tas tradisional Papua. Di masa lalu, noken dipakai untuk mengangkut hasil pertanian atau buruan seperti betatas, pisang, sayur-sayuran dan daging babi guna dibawa ke rumah maupun ke pasar. Noken dianyam dari serat tumbuh-tumbuhan. Namun demikian, karena proses pembuatannya yang lama, para pembuat noken terutama yang tinggal di daerah perkotaan beralih ke benang sintetis. Selain harganya murah, benang sintetis tersedia dalam berbagai warna. Kebanyakan pembuat noken adalah wanita, baik gadis maupun ibu rumah tangga. Mereka menganyam noken untuk kebutuhan sendiri maupun memenuhi pesanan orang lain yang tentunya akan memberikan tambahan penghasilan buat mereka.
Noken yang dijual oleh para pembuatnya di Pasar Sanggeng - kota Manokwari
Saat ini noken telah dibawa ke kantor hingga ke kampus. Noken juga telah menjadi  cinderamata bagi para wisatawan yang berkunjung ke Papua. Noken bisa dibeli di pasar-pasar tradisional maupun di toko suvenir yang bertebaran di berbagai kota di Papua. Harga noken bervariasi dari 100 ribu hingga 500 ribu tergantung ukuran dan motif hiasan yang tersedia. Noken ukuran kecil bisa diisi dengan tablet 7 inch merek Samsung Galaxi maupun ponsel dari Nokia.
Tas dari Daun Pandan
Selain noken, para perempuan Papua yang tinggal di daerah pesisir pantai di kepulauan Biak, Numfor serta Serui juga membuat tas tradional yang berbahan baku daun pandan. Fungsinya juga relatif sama. Karena anyaman daun pandan bisa diterapkan untuk berbagai keperluan maka para wanita Papua yang menguasai teknik anyam tersebut bisa membuat topi dan tikar dari daun pandan. Semoga produk-produk tradisional ini bisa bertahan di pasar meskipun harus bersaing dengan berbagai jenis tas buatan pabrik yang lebih modern. oleh Charles Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Saturday, July 27, 2013

Kapal PELNI Masih Menjadi Pilihan Para Pemudik

Sejak terjadinya kenaikan harga bahan bakar, berbagai maskapai penerbangan swasta di Indonesia menaikan harga tiket mereka. Bertambahnya biaya transportasi tidak hanya terjadi di perjalanan udara tetapi juga di perjalanan darat dan laut. Masyarakat Indonesia yang tidak mampu membayar harga tiket pesawat memilih naik kapal penumpang. Ada juga sebagian orang yang takut naik pesawat dan lebih memilih naik kapal.
Hal inilah yang menjadikan kapal-kapal PELNI tetap menjadi pilihan utama para pemudik yang ingin menghemat uang. Lonjakan jumlah penumpang yang bepergian ke berbagai pulau di Indonesia terjadi selama dua minggu menjelang dan sesudah lebaran. PT PELNI tahun 2013 ini menyiapkan 25 kapal yang diharapkan dapat mengangkut penumpang hingga lebih dari 839 ribu orang.
Foto di samping ini menunjukkan sebuah kapal PELNI yang sedang sandar di Pelabuhan Makassar Sulawesi Selatan. Kapal tersebut bernama KM Kerinci. Menurut situs resmi PT PELNI, kapasitas penumpang secara keseluruhan yang bisa diangkutnya adalah 1596 orang. Namun pada umumnya selama musim liburan, PT PELNI memperolehkan terjadinya penambahan penumpang hingga hampir dua kali lipat. Secara teknis hal tersebut memang bisa dimaklumi selama tinggi sarat air di lambung kapal tidak melewati Plimsol Mark sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia dan Departemen Perhubungan.
Namun demikian, kenyanaman penumpang dan keselamatan pelayaran tidak hanya ditentukan oleh tinggi sarat air. Jumlah penumpang yang berlebihan tentunya akan membutuhkan tambahan pelampung, sekoci, toilet, suplai air dan ruang tidur serta berbagai fasilitas lain di dalam kapal. Karena ruangan dan toilet tidak mengalami pertambahan tentu saja hal tersebut menyebabkan kenyamanan penumpang berkurang. Kapal menjadi kotor, dan aroma di dalam ruang-ruang geladak menjadi tidak sedap. Hal ini semakin diperparah dengan diperbolehkannya gang-gang dan ruangam di sekitar tangga untuk dijadikan sebagai tempat menaruh barang.
Situasi seperti yang saya jelaskan di atas terjadi di semua kapal PELNI. Hal yang lebih memprihatinkan adalah masih banyaknya penumpang dan ABK yang membuang sampah ke laut. Akibatnya perairan Indonesia semakin kotor. Kebiasaan membuang sampah di laut tidak menjadi monopoli penumpang dan ABK kapal PELNI. Hal tersebut terjadi juga pada sebagian besar kapal baik milik swasta maupun pemerintah yang berlayar di seluruh perairan nusantara.
Kembali pada cerita saya tentang mudik. Jika Anda adalah salah seorang calon penumpang yang hendak pulang kampung untuk menikmati Hari Raya Idul Fitri dengan keluarga, pesan saya sederhana saja. Berhati-hatilah dengan barang bawaan Anda. Ada banyak pencuri di atas kapal. Sebaiknya Anda tidak membawa perhiasan mahal dan uang dalam jumlah besar. Bila memungkinkan belilah tiket Kelas I, II dan III sehingga Anda bisa tidur di dalam kamar yang nyaman. Barang bawaan Anda bisa ditaruh di dalam lemari. Agar tidak terjadi kecelakaan di laut, saya pesankan pula kepada para calon penumpang untuk tidak merokok di dalam kabin-kabin atau geladak penumpang. Minuman berkadar alkohol tinggi sebaiknya tidak diminum di atas kapal.
Semoga perjalanan wisata Anda kembali ke rumah tetap menyenangkan sekalipun kapal sedang berlayar di lautan nusantara yang saat ini sedang bergelora. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Tuesday, July 23, 2013

Wisata Alam di Hutan Manokwari

Hutan hujan tropis sebagai atraksi ekowisata
Hutan hujan tropis memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang perlu kita lestarikan bersama. Di dalamnya kita bisa melihat berbagai macam tumbuhan, serangga, burung-burung, binatang melata maupun mamalia yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan.
Hutan sebagai tempat wisata mulai menarik besar perhatian masyarakat internasional sejak isu pemanasan global dan kerusakan lingkungan ramai diperbincangkan orang di berbagai media massa.
Kampung Warmarway
Salah satu tempat yang menjadi lokasi tujuan wisata hutan di Manokwari adalah Kampung Warmarway. Kampung di pesisir pantai ini terletak di sisi timur dari Pegunungan Arfak. Di sana, wisatawan bisa melihat burung Cendrawasih yang berdansa di pagi dan sore hari serta mengamati kuskus. Binatang yang hidup di pepohonan tersebut biasanya keluar di malam hari untuk mencari makan maupun kawin. Pemandu wisata setempat adalah Bpk. Yunus Sayori. Beliau bisa meniru suara kuskus betina untuk datang mendekat ke wisatawan yang sudah duduk menunggu di bawah pohon. Di samping melihat kuskus, wisatawan dapat pula memotret jamur yang bercahaya di malam hari.

Kampung Kwau
Bulan lalu, saya memandu tiga orang wisatawan Perancis selama tiga hari menjelajah hutan hujan tropis Papua di sekitar kota Manokwari. Kami menyusuri jalan setapak yang biasanya dipakai oleh penduduk setempat untuk berburu. Kami meninggalkan hotel Mansinam Beach dengan menggunakan kendaraan Toyota Innova menuju hutan Inggramui pada jam 9 pagi. Selanjutnya kami mulai berjalan menuju Sungai Pami. Sesampainya di tepi sungai kami beristirahat sejenak. Banyak sekali yang kami lihat di dalam hutan. Bunga anggrek, kupu-kupu dan burung taun-taun yang kebasan sayapnya dapat kami dengar dari kejauhan.
Udara yang kami hirup terasa segar di dada. Untuk menghindari gigitan nyamuk, kami mengusap sekujur permukaan kulit yang terbuka dengan lotion anti serangga. Keindahan alam Papua yang ada disekeliling kami berguna pula untuk melepaskan ketegangan berpikir yang biasanya dialami oleh orang-orang kota.
Pada jam 3 sore, kami tiba di kamp para pemburu. Di sana, kami menikmati pisang goreng dan teh panas yang langsung dibuat oleh pemandu lokal kami yaitu Kace dan Elia. Para turis Perancis nampak lelah akibat perjalanan panjang di iklim tropis yang kaya dengan terpaan sinar matahari. Namun wajah mereka terlihat berseri-seri. Mereka puas dengan perjalanan wisata di hutan Papua yang berakhir pada jam 7 malam. Secara keseluruhan, waktu yang kami habiskan untuk penjelajahan hutan pada hari pertama adalah 10 jam.
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke dataran tinggi Pegunungan Arfak untuk melihat burung-burung surga berdansa. Lokasi yang kami tuju adalah lereng Soyti (salah satu gunung di Pegunungan Arfak). Di sana burung Knang (magnificent birds of paradise), dan Cendrawasih Hitam (Western Parotia) berdansa menggoda pasangannya. Kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melihat burung-burung itu. Suhu udara yang dingin dipagi hari merupakan tantangan tersendiri buat kami. Setelah minum teh dan menikmati sepotong kue, kami pun meninggalkan rumah turis pada jam 5. Saat kami tiba di gubuk pengamatan burung (blind), matahari telah terbit dan suasana pagi di dalam hutan penuh dengan kicauan burung. Kami harus duduk selama kurang lebih 2 jam untuk menyaksikan burung-burung jantan menunjukkan kepiawaian mereka dalam berdansa untuk merayu para betina.
Perjalanan wisata ke Pegunungan Arfak telah lama dilakukan oleh para pengamat burung dari berbagai negara. Di hari terakhir, kami berjalan menuju kampung Kwau yang terletak di sebuah lembah.
Wisatawan Perancis akhirnya tiba kembali di hotel pada jam 6 sore. Petualangan yang mereka alami selama 3 hari di hutan Papua akan mereka kenang selamanya. oleh Charles Roring

Sunday, July 21, 2013

Berdansa Seperti Balerina Burung Western Parotia Merayu Sang Betina

Pegunungan Arfak adalah cagar alam di selatan kota Manokwari yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata di antara para pengamat burung internasional. Antara tanggal 18 sampai 20 Juli, saya memandu Profesor Richard Ebright selama tiga hari melakukan perjalanan pengamatan burung di hutan awan (cloud forest) dari pegunungan tersebut. Profesor tersebut tidak sedang melakukan penelitian di Papua. Dia hanyalah seorang turis yang mengambil paket birdwatching di Pegunungan Arfak yang saya dan masyarakat setempat tawarkan di internet.
Selama berada di sana kami berhasil melihat sejumlah burung yang kebiasaan hidup mereka unik sekali. Beberapa di antaranya adalah:

  • Vogelkop bowerbird yang menghiasi tempat memikat betinanya dengan bunga-bunga dan "istana" yang terbuat dari ranting-ranting tanaman, buah dan bunga yang berwarna-warni.
  • Western Parotia yang berdansa layaknya penari balet untuk memikat sang betina.
  • Magnificent birds of paradise yang memamerkan bulunya yang indah dan menggoyangkan dua antenanya untuk memikat beberapa betina sekaligus.
Agar bisa melihat burung Papua yang unik dan indah tersebut, kami harus bersedia menunggui mereka di dalam gubuk pengamatan yang dingin, gelap, dan penuh dengan nyamuk. Rata-rata, waktu yang kami habiskan untuk menanti kedatangan setiap spesies adalah antara 3 sampai 5 jam. Penantian yang lama dan membosankan tersebut ternyata membuahkan hasil. Kami bisa melihat burung-burung tersebut dan juga beberapa spesies menarik lainnya seperti Cinnamon ground dove dan Spotted Catbird.
Burung Cinnamon ground dove suka mencari makan di permukaan tanah. Ketika kami sedang menanti kedatangan Western Parotia jantan berdansa, ternyata yang datang duluan adalah burung Cinnamon tersebut. Dia memakan biji-bijian yang jatuh dari pohon-pohon ke permukaan tanah tempat Western Parotia (Parotia sefilata) biasa berdansa. Meskipun bulu-bulunya tidak seindah burung Magnificent birds of paradise dan Lesser birds of paradise, Western Parotia memiliki kepiawaian dalam memikat sang betinanya lewat tarian alam yang luar biasa indahnya. Semoga ada koreografer yang tertarik untuk mengembangkan tarian burung ini menjadi tarian manusia yang bisa dinikmati banyak orang.  
Setelah tiga hari menjelajahi hutan pegunungan Arfak yang lewat, lembab dan dingin tersebut, akhirnya saya dan Professor Richard Ebright kembali ke kota Manokwari. Sang profesor selanjutnya akan naik kapal Dewi Nusantara untuk mengikuti paket wisata menyelam di Teluk Cendrawasih. 
Sebelum naik mobil, saya, Prof. Ebright dan sejumlah orang Papua dari Kampung Kwau berfoto bersama. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa yang belajar di Universitas Papua. Mereka bekerja sebagai pemandu lokal, tukang masak dan tukang pikul barang (porter) dalam program eco-wisata ini. Penghasilan yang mereka peroleh sangat bermanfaat dalam menunjang biaya studi mereka. Saya sangat senang karena program eko-wisata yang saya jalankan di Manokwari Papua Barat, bermanfaat dalam menunjang pendidikan sejumlah anak-anak Papua.
Lokasi pengamatan burung-burung surga ini terletak di Gunung Soyti (salah satu dari gugusan Pegunungan Arfak). Wilayah ini berada pada ketinggian antara 1.300 sampai 1.500 meter di atas permukaan air laut. Para pelancong perlu menyewa kendaraan pick-up 4WD seperti Toyota Hilux atau Ford Ranger untuk mencapai hutan tropis yang menutupi Gunung Soyti. Lama waktu yang diperlukan adalah 2 jam. oleh Charles Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Tuesday, July 9, 2013

Bersama Wisatawan Perancis Menjelajah Hutan di Manokwari

Salah satu cara untuk melihat keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan hujan tropis adalah dengan berjalan di dalamnya. Awal Juni yang lalu, saya memandu 3 wisatawan Perancis selama 3 hari di belantara Manokwari. Pada hari pertama kami menjelajahi hutan dataran rendah yang ada di sepanjang Sungai Pami. Ini adalah perjalanan yang panjang sekali. Kami mulai pada jam 9.30 pagi dan selesai pada jam 18.30. Wisatawan Perancis itu benar-benar tangguh dan mereka dapat menyelesaikan seluruh perjalanan hari itu. Mereka adalah Anne, Stephanie dan Paul.

Mereka melihat pemandangan hutan yang indah saat berjalan menyusuri sungai Pami. Sangat sedikit turis yang sudah melalukan perjalanan ini. Tujuan dari tur adalah untuk melihat ekosistem hutan hujan tropis yang rumit. Ketika berada di dalam hutan mereka melihat berbagai spesies pohon, kupu-kupu dan burung. Salah satu burung yang menarik sekali untuk diamati adalah taun-taun yang sering terbang di kanopi hutan.
Pada hari berikutnya, program penjelajahan hutan dilanjutkan pada kawasan dataran tinggi antara 1.300 meter hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Wisatawan Perancis tersebut menonton beberapa burung surga seperti Western Parotia (Parotia sefilata), Magnificent Birds of Paradise (Cicinnurus magnificus) yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama Knang. Salah satu burung unik yang dikenal dengan sebutan raja rayu adalah Vogelkop bowerbird (Amblyiornis innornatus). Sayang sekali mereka hanya bisa melihat burung Knang hanya sekejap saja. Saat berada di dalam tempat pengamatan yang berupa gubuk sederhana, mereka berhasil melihat seekor Cinnamon fruit dove.
Pada hari terakhir dari tur yang diikuti tersebut, mereka berjalan kaki sejauh kurang lebih 7 kilometer dari tempat penginapan di kaki gunung Soyti ke Kampung Kwau. Mereka gembira sekali melihat panorama Pegunungan Arfak dengan lereng-lerengnya yang terjal ketika berjalan turun menuju kampung.
Pegunungan Arfak merupakan daerah tujuan wisata yang populer di kalangan wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Papua Barat. Siapa saja yang ingin ikut program penjelajahan hutan ini haruslah memiliki kondisi fisik yang prima. Jika Anda tertarik untuk menikmati keindahan hutan di Manokwari, silahkan menghubungi saya (Charles Roring) dengan email: peace4wp@gmail.com

Saturday, July 6, 2013

Wisata Murah ke Raja Ampat

Raja Ampat saat ini menduduki posisi teratas sebagai destinasi terpopuler di Indonesia. Namun demikian, banyak sekali orang yang mengeluh dengan harga paket wisata yang ditawarkan oleh berbagai biro perjalanan di internet. Operator diving yang menggunakan kapal-kapal kayu jenis Phinisi umumnya mematok harga paket hingga 20 juta atau lebih. Tentu saja harga yang sedemikian tinggi tersebut dianggap mahal oleh kebanyakan wisatawan domestik. Sebenarnya biaya ke Raja Ampat akan lebih terjangkau jika kita bepergian ke sana secara berkelompok (grup) dengan jumlah peserta antara 6 sampai 10 org. Dari pengalaman pribadi saya, biaya sewa speed-boat bisa dipikul bersama. Mungkin saat ini dengan naiknya harga BBM, harga tiket ke Waisai ikut disesuaikan oleh pemilik kapal menjadi sekitar 200 ribu. Pintu masuk utama ke Raja Ampat adalah Pelabuhan Rakyat di kota Sorong. Jika Anda mendarat di bandara Domine Eduard Osok, gunakan taksi atau ojek untuk ke pelabuhan tersebut. Ada banyak kapal yang berlabuh di sana. Silahkan bertanya kepada petugas yang ada di pelabuhan mengenai kapal-kapal apa saja yang akan berlayar ke Raja Ampat. Setiap hari ada kapal cepat yang ke Waisai sedangkan untuk tujuan Harapan Jaya di Kepulauan Misool, frekuensi pelayarannya kemungkinan besar hanya sekali per minggu.

Sunday, May 19, 2013

Raja Ampat - Destinasi Wisata Terpopuler di Indonesia

Setelah menghabiskan waktu selama beberapa bulan di Bali, saya akhirnya melanjutkan perjalanan ke Papua. Cerita kali ini adalah tentang Raja Ampat, sebuah destinasi yang sangat populer di Indonesia. Ratusan pulau yang bertebaran dari utara hingga selatan Kabupaten Raja Ampat menjadikan kawasan ini kaya dengan biota laut. Bagi para penyelam dunia, Raja Ampat adalah destinasi utama yang sangat mereka idam-idamkan. Sebenarnya bukan hanya laut yang menarik untuk dijelajahi tetapi daratan juga. Banyak sekali hutan di Kepulauan Raja Ampat yang belum dikunjungi wisatawan. Di daerah itu, burung cendrawasih, kakaktua, taun-taun (rangkong) dan berbagai satwa liar lainnya menjadi daya tarik utama bagi siapa saja yang ingin melihat keindahan alam dan keanekaragaman hayati Papua Barat.
Banyak orang beranggapan bahwa perjalanan ke Raja Ampat pasti mahal sekali.
Mahal tidaknya paket wisata di Raja Ampat ditentukan oleh banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah:

  • Durasi perjalanan wisata ke berbagai tempat wisata di sana.
  • Alat transportasi laut yang digunakan
  • Fasilitas akomodasi
  • Peralatan snorkeling atau diving yang dipakai
  • Kualitas pelayanan terhadap para wisatawan

Di Waisai ada hotel dan penginapan yang harganya sangat terjangkau. Dari kota Waisai, para wisatawan bisa menyewa perahu motor yang akan membawa mereka ke Salawati, Batanta, Gam atau bahkan ke Wayag yang telah menjadi ikon bagi pariwisata di Raja Ampat. Bagi saya pribadi, kepulauan Misool di bagian selatan Raja Ampat sangatlah menarik karena di sana masyarakatnya belum banyak dikunjungi oleh para wisatawan. Sebagian besar pelancong yang ke sana, hanya menjelajahi bagian utara.
Soal harga - memang banyak orang yang mengeluh bahwa biaya ke Raja Ampat mahal sekali. Namun bila kita melakukan riset perjalanan sebelum berangkat ke sana, kita akan bisa berlibur di sana dengan harga yang lebih terjangkau. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Saturday, May 18, 2013

Belanja Suvenir di Pasar Ubud

Pasar Ubud adalah tempat yang tidak boleh Anda lewatkan jika ingin membeli suvenir. Setiap hari ribuan orang datang ke sana untuk membeli baju, tas, ukir-ukiran, dan perhiasan. Pasar seni di Ubud ini terletak di depan Puri Ubud. Di siang hari wisatawan asing dari Jepang, Australia, Cina dan negara-negara Eropa maupun Amerika membanjiri pasar tersebut.
Jika Anda ingin membawa pulang oleh-oleh berupa kaos oblong bertuliskan I Love Bali, jangan lupa untuk menawar hingga 50%. terutama bila jumlah yang hendak dibeli lebih dari 3 buah. Tapi janganlah menawar harga baju terlalu murah, karena sang penjual akan kecewa atau marah karena Anda akan dipikir sebagai wisatawan yang pelit. Selain baju kaos, asesoris merupakan cinderamata yang laris manis diborong para pelancong yang berkunjung ke Ubud.
Saat terbaik untuk membeli suvenir adalah pada saat pasar itu hendak tutup di sore hari. Para pedagang sudah lelah karena telah bekerja seharian penuh. Oleh karena itu, mereka akan memberi harga yang lebih terjangkau buat Anda sehingga transaksi jual beli bisa berlangsung dengan cepat.
Karena Ubud merupakan kota wisata yang selalu ramai dikunjungi wisatawan asing maupun manca negara, jangan lupa untuk memperhatikan jadwal liburan musim panas di Eropa dan liburan akhir tahun di Australia maupun Jepang. Ini penting agar Anda bisa mendapatkan penginapan dengan harga yang lebih terjangkau. Jika salah melakukan perhitungan keberangkatan ke Bali, Anda akan mendapati suasana Ubud yang sangat ramai sehingga akan sulit sekali mencari penginapan yang terletak dekat dengan pasar tersebut.

Thursday, May 16, 2013

Penginapan Murah di Ubud

Anda berencana berlibur di Ubud? Tentu Anda membutuhkan sebuah penginapan yang nyaman dan harganya murah atau terjangkau. Jika itu yang Anda cari maka saya rekomendasikan Ibu Ratna Homestay yang terletak di Jalan Dewi Sukma. Di depan penginapan itu ada sebuah warung makan yang juga menjual berbagai hidangan khas Bali serta berbagai barang kebutuhan pokok. Ubud adalah kota seni dan budaya yang menarik untuk dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Pada Desember kawasan ini ramai dikunjungi oleh wisatawan yang ingin menghabiskan liburan akhir tahun. Oleh karena itu, jika Anda ingin menikmati Ubud tanpa harus berdesak-desakan dengan turis-turis asing, pergilah ke sana di saat kota itu lagi sepi. Kota ini sejuk dan memiliki banyak attraksi seni dan budaya. Di malam hari ada pertunjukan tari legong, atau kecak dan di siang hari ada sejumlah galeri seni yang memajang berbagai lukisan maupun ukiran yang indah sekali.
Kadang-kadang ketika berjalan di sana, kita bisa melihat masyarakat Bali sedang melaksanakan sejumlah upacara adat atau keagamaan. Sebagai tamu, tentunya kita harus berperilaku sopan dan tenang agar upacara tersebut bisa berlangsung dengan lancar.
Kawasan sekitar Puri Ubud dan Pasar Seni sangatlah ramai dengan para pelancong yang ingin membeli cinderamata untuk sahabat maupun keluarga mereka. Jika Anda ingin melihat suasana alam pedesaan dengan areal sawah terasering, pergilah ke Tegalalang. Di sana Anda bisa melihat keindahan lereng persawahan yang hijau sambil menikmati sepoci teh dan beberapa pisang goreng. Suasana alam pedesaan dengan pemandangan pegunungan yang lapang tersebut sangat Anda perlukan untuk menghilangkan kepenatan kerja yang Anda alami selama berada di kota. Setelah berlibur di Bali selama beberapa hari, pikiran Anda akan disegarkan kembali sehingga ketika Anda masuk kerjal lagi, ada energi baru yang bisa membuat Anda bekerja dengan lebih baik lagi. Oleh Leo Roring/ E-mail: leororing@gmail.com

Friday, May 3, 2013

Wisata Alam di Papua Barat

Papua Barat sebagai sebuah provinsi di kawasan timur Indonesia memiliki banyak destinasi wisata alam. Setiap orang yang suka jalan-jalan pasti sudah pernah mendengar nama Raja Ampat. Sebenarnya masih banyak tempat lain yang menarik di Papua Barat. Berikut ini adalah beberapa nama yang bisa saya sebutkan termasuk berbagai aktivitas yang dapat dilakukan oleh para pelancong.

Raja Ampat
Kabupaten yang terletak di sebelah barat kota Sorong tersebut menempati posisi teratas untuk dimasukan dalam destinasi utama buat para pencinta wisata bahari. Foto Wayag dengan banyak sekali pulau-pulau karst yang dikelilingi terumbu karang menghiasi berbagai website dan media sosial di dunia maya sebagai salah satu tempat yang ingin dikunjungi oleh setiap orang. Olah raga selam menjadi aktivitas favorit para wisatawan. Snorkeling (berenang menggunakan kaca dan pipa untuk bernapas) juga disukai oleh para pelancong Indonesia yang berkunjung ke sana. Sebenarnya masih banyak lagi aktivitas lain yang bisa dinikmati oleh turis-turis yang hendak ke Raja Ampat. Masyarakat yang tinggal di berbagai kampung di Raja Ampat bisa menyuguhkan tari-tarian tradisional yang energik dan unik. Pulau Waigeo, Misool dan Batanta cocok pula untuk para pencinta hutan. Tentu saja berkemah dan pengamatan burung serta satwa liar bisa dilakukan di sana.

Manokwari
Sebagai ibukota Provinsi Papua Barat, Manokwari telah lama menjadi kota tujuan untuk para pengamat burung (birdwatchers). Beberapa spesies burung surga yang menjadi target pengamatan adalah: Burung knang (Cicinnurus magnificus), Vogelkop bowerbird (Amblyornis inornatus), Cendrawasih kuning (Paradisaea minor), Western Parotia (Parotia sefilata). Burung-burung ini selalu masuk menarik perhatian para pengamat burung karena keindahan bulu, dan keunikan perilakunya di hutan. Sebagian besar burung tersebut bisa dilihat di Pegunungan Arfak yang terletak sekitar 2 jam perjalanan dengan kendaraan 4WD ke arah selatan dari kota Manokwari.
Di samping itu pula kawasan hutan di pesisir pantai utara (Pantura) Manokwari merupakan rumah bagi berbagai spesies satwa liar seperti biawak hijau (soa-soa), kuskus, kanguru, burung mambruk serta burung Cendrawasih. Hutan sekitar kali Dopi dan Sungai Asai merupakan tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan asing dari Eropa. Mereka yang suka berkemah di hutan, tentu dengan ditemani oleh saya dan beberapa orang dari masyarakat asli.
Karena pesisir utara Manokwari berhadapan langsung dengan Samudra Pasifik, ombak yang mendarat di pantai bisa menjadi ketinggian antara 2 hingga 3 meter. Ini adalah ketinggian ombak yang cocok untuk para peselancar air. Tidaklah mengherankan jika dari bulan Desember, Januari, Februari hingga awal Maret, banyak peselancar dari berbagai penjuru dunia yang berkunjung ke Manokwari.
Burung Cendrawasih di Kampung Warmarway
Salah satu daya tarik wisata di Manokwari adalah burung Cendrawasih Kuning atau burung surga. Burung ini mudah dijumpai di hutan hujan tropis kawasan Pegunungan Arfak yang terdapat di kampung Warmarway. Biaya kendaraan umum ke sana dari kota Manokwari adalah Rp. 25.000 per orang. Wisatawan yang ingin menonton burung surga berdansa, sebaiknya menginap di sana selama 1 atau 2 malam. Saya sarankan agar membawa sleeping bag, tenda dome dan makanan. Biaya untuk membayar 2 hingga 3 pemandu wisata setempat untuk pendakian di hutan dan menonton burung surga adalah sekitar 500 ribu per hari.
Saya sarankan agar wisatawan yang hendak ke Warmarway kiranya antara 2 hingga 4 orang agar biaya perjalanan bisa dipikul bersama. Pemandu wisata di kampung Warmarway adalah Bapak Yunus Sayori - hp: 081343316087.
Kaimana
Kota kecil di kawasan pesisir pantai selatan Papua Barat ini telah lama dikenal dengan sebutan Kota Senja. Kaimana patut dikunjungi oleh para pencinta alam yang suka dengan hutan dan laut. Wilayah kabupaten ini yang saya rekomendasikan adalah perairan sekitar Pulau Namatota di mana wisatawan bisa melihat lumba-lumba, dan hiu paus, Teluk Triton dengan pemandangan pulau-pulau karst seperti di Wayag Raja Ampat dan  Kilometer 14 di barat laut Kaimana yang cocok untuk kegiatan penjelajahan hutan dan pengamatan satwa liar. Ada beberapa tempat yang cocok untuk wisatawan yang suka snorkeling. Beberapa di antaranya adalah pantai Tomintoi (lokasi stasiun lapangan dari Conservation International Indonesia), pantai Waala di Pulau Aiduma yang agak tersembunyi di Selat Iris serta Pantai Otowera yang tidak terlalu jauh letaknya dari Waala.

Pegunungan Tambrauw
Kabupaten Tambrauw adalah sebuah kabupaten baru yang dimekarkan dari Manokwari dan Sorong. Daerah ini memiliki pemandangan pantai dan hutan serta lembah yang indah sekali. Banyak wisatawan pergi ke Lembah Kebar dan Distrik Senopi untuk melihat burung Cendrawasih. Distrik Senopi memiliki sebuah tempat pengamatan burung yang bernama Bukit Aiwatar. Wisatawan yang hendak ke sana harus berjalanan kaki selama kurang lebih 5 jam untuk mencapai daerah itu. Di pagi dan sore hari, banyak sekali burung yang hinggap di bukit Aiwatar yang dipenuhi oleh kolam-kolam air hangat. Burung-burung itu suka sekali meminum air di tempat itu yang kemungkinan mengandung garam.
Perjalanan di kawasan pedalaman Papua Barat dapat dilanjutkan hingga ke kampung Siakwa yang jaraknya sekitar 1 jam dengan kendaraan bermotor dari Senopi untuk melihat air terjun yang tinggi sekali dan gua alam yang dalam.

Sorong Selatan
Ibukota Kabupaten ini adalah Teminabuan. Distrik Kais merupakan lokasi pengamatan burung-burung tropis yang saya rekomendasikan. Para pelancong bisa ke sana dengan menumpang perahu motor milik penduduk. Sungai-sungai di Sorong Selatan merupakan habitat alami bagi buaya, udang, ikan dan burung-burung pantai. Pohon nipa dan bakau tumbuh di tepi sungai merupakan rumah bagi berbagai macam satwa liar. Perjalanan menggunakan perahu motor bersemang dari kali Cessna ke Kampung Kais memakan waktu yang kurang lebih 7 jam. Sungguh melelahkan tentunya. Tetapi secara pribadi, saya bisa menikmati keindahan alam Papua yang belum banyak mengalami kerusakan akibat dari aktivitas eksploitasi alam yang berlebihan.
ditulis oleh Leo Roring - Email: peace4wp@gmail.com

Friday, April 26, 2013

Indahnya Sawah Terasering di Tegalalang

Ubud adalah sebuah ibukota kecamatan di Pulau Bali yang terkenal sebagai salah pusat seni dan budaya yang patut dikunjungi oleh wisatawan. Memasuki kota Ubud, kita akan melihat deretan patung batu yang menghiasi rumah-rumah penduduk. Gapura dengan motif relief khas Bali juga ditata dengan apik dan artistik. Lokasinya yang terletak di pegunungan dengan kawasan pertanian yang luas membuat Ubud cocok untuk siapa saja yang menyukai pemandangan hijau berudara segar. Cukup lama saya berada di kota ini. Meskipun kecil, Ubud ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun manca negara.
Suatu hari saya berkunjung ke Tegalalang. Letaknya sekitar lima belas menit dengan kendaraan bermotor. Ada beberapa warung kopi yang dibangun di lereng gunung menghadap sawah-sawah terasering milik para petani Bali. Kondisi lereng pegunungan yang curam, telah disulap menjadi lahan pertanian yang subur. Orang Bali terkenal dengan kerja-sama pertanian mereka yang disebut Subak. Meskipun pariwisata merupakan penggerak utama perekonomian di Bali, pertanian masih merupakan satu-satunya lahan penghidupan yang menyerap paling banyak tenaga kerja.
Tentu saja wisatawan yang datang ke Bali memerlukan sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan berbagai produk pertanian olahan lainnya. Oleh karena itu, industri pariwisata juga didukung oleh sektor pertanian secara penuh. Duduk di warung kopi sambil memandang areal persawahan terasa lebih nikmat ketika para pelayan datang dengan sepoci teh hangat dan sepring pisang goreng.
Saat berada di Tegalalang, saya bisa melupakan sejenak segala kesibukan yang biasanya saya hadapi ketika bekerja di depan komputer. Daya tarik dunia maya memang luar biasa. Tapi keindahan alam pertanian di Tegalalang ini merilekskan dan menyegarkan pikiran saya. Setelah kembali dari sana, pikiran bisa menjadi segar kembali sehingga saya dapat bekerja secara efisien.
Nah, jika Anda sedang stress dengan beban pekerjaan di kantor, cobalah ambil liburan sejenak ke daerah pedesaan atau pegunungan di sekitar Anda.


Tuesday, April 23, 2013

Tas Batik

Saya suka mampir di sebuah rumah makan di Jalan Dewi Sita, Ubud. Letaknya lebih tinggi dari permukaan jalan. Di situ saya sering memesan nasi soto atau es teh sambil menikmati sepiring pisang goreng. Sambil menunggu makanan yang saya pesan, saya menyalakan kamera dan mulai memotret berbagai hal yang menarik di sekeliling saya. Masih dalam satu bangunan dengan rumah makan tersebut ada sebuah gerai kecil yang menjual pakaian dan tas batik. Jenis pakaian yang digantung adalah pakaian tidur.
Tas batik yang dipajang nampaknya dijahit dari potongan-potongan kain batik yang kemungkinan adalah sisa dari penjahitan pakaian. Memang orang Bali sangat terampil dalam mengolah apa saja yang ada di sekitar mereka untuk menjadi benda seni atau produk-produk lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ada beberapa wisatawan yang melihat kain tersebut.
Sejak dinyatakan sebagai warisan budaya (cultural heritage) bangsa Indonesia oleh UNESCO, kain batik semakin dipromosikan sebagai produk tekstil yang berkualitas tinggi. Proses daur ulang kain batik sisa guntingan dari penjahitan pakaian merupakan ide yang sangat cemerlang. Semoga hal ini diterapkan pula dalam berbagai industri yang lain agar jumlah limbah atau produk sisa olahan bisa dimanfaatkan lagi.
Industri pertekstilan Indonesia harus pintar-pintar berinovasi agar tidak tenggelam dalam menghadapi produk-produk negara lain yang membanjiri pasar nusantara. Pemanfaatan potongan kain batik menjadi tas yang menarik seperti yang nampak pada foto di atas merupakan strategi jitu dalam menangkap peluang pasar yang ada di dunia pariwisata.
Tak lama kemudian, sepiring pisang goreng dan segelas es teh dihidangkan di hadapan saya. Untuk sementara saya mengalihkan perhatian ke snack sore yang lezat ini sambil sekali-sekali mengagumi keindahan pakaian dan tas batik karya tangan-tangan orang Bali yang bercita rasa seni yang tinggi tersebut. Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Saturday, March 23, 2013

Museum Puri Lukisan

Saya suka melukis. Oleh karena itu, saya selalu menyempatkan diri mengunjungi galeri seni atau museum di Ubud. Salah satu yang saya masuki adalah Museum Puri Lukisan yang terletak tidak jauh dari Pasar Ubud. Banyak sekali lukisan dan ukiran yang dipajang di sana. Rudolph Bonnet (seniman Eropa yang lama tinggal di Ubud) dan Raja Ubud Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah pendiri museum tersebut.
Saya menghabiskan waktu seharian penuh berada di museum tersebut. Sayang sekali, para pengunjung tidak diperbolehkan untuk memotret berbagai karya seni yang ada di sana. Oleh karena itu, saya hanya bisa memotret taman dan gedung Museum Puri Lukisan tersebut.
Cuaca kurang bersahabat ketika saya berada di museum karena tidak lama kemudian turun hujan lebat. Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain dari pada hanya menunggu saja di dalam gedung. Tapi hal tersebut ternyata membuat saya bisa menikmati lukisan-lukisan Bali di tempat tersebut dengan lebih serius karena jumlah pengunjung tidak banyak. Sehabis berkeliling museum itu, saya melanjutkan perjalanan ke Starbucks Coffee untuk menikmati secangkir kopi hangat dan sepotong roti kismis. oleh Leo Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Wednesday, March 20, 2013

Naik Sepeda Keliling Ubud

Selama berada di Ubud, saya memilih mengendarai sepeda untuk melihat-lihat berbagai tempat yang unik dan menarik. Sengaja saya memilih sepeda dan bukannya mobil atau sepeda motor karena saya ingin mempertahankan kesehatan tubuh agar tetap dalam kondisi prima. Dengan naik sepeda, saya bisa pergi ke restoran untuk membeli makanan yang akan saya bawa ke rumah kontrakan, atau keliling daerah persawahan yang bisa dilihat di sepanjang Jalan Suweta. Kondisi tanah di Ubud yang  bergunung-gunung hanya cocok dijelajahi dengan sepeda gunung. Kalau kelilingnya pakai sepeda biasa, si pengendara akan mengalami kesulitan bila menghadapi jalan yang menanjak. 
Suatu hari saya mengayuh sepeda ke arah barat dari Jalan Raya Ubud kemudian berbelok ke selatan. Saya melewati sederetan galeri lukisan yang memajang kopian karya-karya lukisan dari beberapa seniman besar. Salah satunya adalah milik pastelis dari masa sebelum Perang Dunia II yakni Willem Gerard Hofker. Saya agak sedih melihat hal ini, namun kemungkinan besar itu terjadi karena karya-karya Hofker tersebut tidak tersedia dalam bentuk cetakan. 
Terus saja saya mengayuh sepeda ke arah selatan dan melihat hamparan sawah yang menghijau. Karena pemandangannya bagus maka saya pun berhenti sejenak untuk mengambil beberapa buah gambar dengan menggunakan kamera Nikon Coolpix yang saya bawa kemana-mana. 
Saya juga berhasil memotret burung-burung bangau di sekitar areal persawahan itu. Masyarakat Bali yang sebagian besar beragama Hindu memiliki pura di berbagai tepat. Tempat-tempat peribadatan itu memiliki desain arsitektur dan seni yang unik dan bagus.
Sungguh senang rasanya bisa berolah-raga dan menikmati pemandangan alam Bali yang indah dan permai. Oh ya, hampir lupa, biaya sewa sepeda di Ubud berkisar antara Rp. 50.000 hingga Rp. 100,000 per hari tergantung pada kualitas sepeda. Rata-rata sepeda yang ditawarkan merupakan sepeda gunung karena cocok dengan wilayah Ubud yang bergunung-gunung. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Sunday, March 17, 2013

Makan Siang di Ubud

Setelah melihat pemandangan areal persawahan dan kampung-kampung di sekitar Ubud, akhirnya saya merasa lapar. Siang itu tempat yang dituju adalah sebuah warung di wilayah Kadewatan. Banyak mobil yang parkir di pinggir jalan. Ketika berada di dalam kompleks warung yang luas tersebut, ternyata suasana di dalam ramai sekali. Ada wisatawan lokal maupun manca negara yang sedang menikmati makan siang mereka. Hidangan yang tersedia kebanyakan merupakan makanan tradisional Bali. Di sebelah kiri warung itu ada pura keluarga. Karena menu yang terpopuler di tempat itu adalah Nasi Ayam Kadewatan maka saya ikut memesannya ditambah segelas es teh manis. Meskipun sambalnya terasa pedas di lidah, rasa nasi ayam khas Kadewatan ini lezat sekali. Kapan-kapan kalau saya kembali ke Ubud, saya ingin singgah di warung itu lagi. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Burung Buntut Kuning di Bali

Kamera Nikon Coolpix P500 yang saya bawa kemana-mana saat berkunjung di Bali ternyata banyak manfaatnya. Saya suka sekali menggunakannya untuk memotret burung, pegunungan, persawahan, suasana pasar, dan apa saja yang menarik dan bisa dijadikan bahan penulisan di blog. Keesokan harinya, ketika mengunjungi sebuah hotel di Bali, saya berkesempatan melihat seekor burung sedang bertengger di ranting sebuah pohon yang tinggi. Saya kemudian mengeluarkan kamera digital tersebut dan segera mengarahkan lensanya ke burung itu. Perlahan-lahan saya tarik handle optikal zoom yang melingkari shutter button. Gambar burung itu mulai membesar di layar. Ketika posisinya sudah pas dan perbandingannya di view finder sudah tepat, saya kemudian menekan tombol shutter setengah jalan untuk memfokuskan kamera ke arah burung itu. Bunyi klik pun terdengar dan bulatan hijau berkedip di layar. Ini tandanya penyetelan auto focus sudah benar. Saya selanjutnya menekan tombol shutter sepenuhnya. Setelah itu saya ulang lagi memotret burung itu dua kali untuk memastikan bahwa saya bisa memilih salah satu darinya yang terbaik untuk ditampilkan di internet.
Untuk memperoleh gambar yang jernih, saya sering menggunakan self-timer 2 detik. Fitur ini sangat bermanfaat untuk pengambilan subyek jarak jauh, seperti burung yang bertengger di pohon atau seseorang yang sedang berselancar air di pantai. Saat tombol shutter ditekan, kamera tidak akan langsung melakukan pemotretan karena getaran dari tekanan jari telunjuk masih ada. Dua detik kemudian, ketika getaran itu sudah hilang atau berkurang, kamera akan melakukan pemotretan dengan sendirinya. Cara lain untuk mengurangi efek getar adalah dengan menggunakan view finder. Kamera akan lebih stabil ketika kita menyandarkannya ke dahi dan melihat subyek yang akan dipotret menggunakan jendela viewfinder yang berukuran kecil.
Ketika saya sedang menulis post ini, saya mencoba untuk melakukan pengidentifikasian burung tersebut menggunakan buku A Photographic Guide to the Birds of Indonesia. Ternyata saya tidak menemukannya. Setelah melakukan pencarian selama kurang lebih satu jam di internet, akhirnya saya bisa memperoleh nama burung itu. Dalam bahasa Inggris, namanya adalah Yellow Vented Bulbul sedangkan dalam bahasa Latin disebut Pycnonotus goiavier. Nama Balinya saya kurang tahu. Oleh karena itu saya namai saja Burung Buntut Kuning karena bagian pantatnya memang berwana kuning. Menurut Wikipedia, burung ini tersebar di kawasan Asia Tenggara termasuk Thailand, Kamboja, Filipina dan Indonesia. Senang sekali rasanya bisa melakukan kegiatan pengamatan burung di Bali. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Makan Malam di Jimbaran Bali

Jimbaran adalah nama sebuah pantai atau desa nelayan di Bali yang terkenal sebagai tempat makan. Waktu yang tepat untuk ke sana adalah di malam hari. Meja dan kursi untuk para pengunjung ditata di sepanjang pantai berpasir putih. Dari kejauhan bangunan-bangunan yang ada di sepanjang pantai gemerlap bagai permata. Sesekali ada pesawat  yang terbang maupun hendak mendarat. Hal ini bisa diketahui dari suara dan lampunya yang kelap-kelip di udara. Bandara Ngurah Rai hanya beberapa kilometer di sebelah utaranya. Suasana pantai di Jimbaran sungguh romantis sehingga mampu menarik wisatawan untuk datang ke sana. Saya tiba di sana ketika hujan baru saja berhenti sehingga meja dan kursi masih basah.
Kebanyakan menu yang ditawarkan oleh restoran-restoran yang ada di Jimbaran adalah seafood. Namun demikian, para pengunjung bisa juga memesan menu yang lain sesuai selera mereka masing-masing, dan sepanjang jenis makanan yang diminta ada di dalam daftar menu. Gairah makan saya langsung naik ketika sepiring ikan bakar dihidangkan di meja.  oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Thursday, March 14, 2013

Promosi Air Asia di jalanan Bali

Suasana laut dan kota-kota pantai yang saya lihat sepanjang perjalanan dari Papua ke Pulau Jawa tiba-tiba saja berubah ketika saya menginjakkan kaki di Ubud, sebuah kota seni di sebelah utara Denpasar - Bali. Kini pemandangan yang saya lihat adalah hamparan sawah menghijau di kanan-kiri jalan, lukisan dan ukiran yang dipajang di sepanjang toko-toko dan beragam patung dari batu yang menghiasi pura-pura keluarga dan pintu gerbang di setiap rumah masyarakat Bali. Memang wajar sekali kalau Ubud yang penuh dengan karya seni di hampir semua tempat publik merupakan destinasi wisata penting di Pulau Dewata ini setelah Kuta. Tiba di guesthouse, saya langsung tidur. Menjelang sore, saya meninggalkan guesthousedan mulai melakukan sedikit "orientasi lapangan" ke Jalan Raya Ubud.
Suasana kota wisata ini nampak kental di Jalan Raya Ubud. Ada money changer, restoran, toko pakaian, supermarket dan galeri seni. Jalan yang cukup ramai dilalui kendaraan akan menjadi macet bila didatangi oleh bus-bus wisata yang berukuran besar. Ada satu hal menarik yang menangkap perhatian saya. Ada beberapa buah sepeda yang dikemudikan oleh beberapa orang anak muda berseragam kaos merah. Di belakang sepeda-sepeda tersebut, ada kereta kecil yang juga berwarna merah dengan pesan "We Give You the World. Fly through from Bali - Tokyo, China, Taipei, Osaka Korea.  Word's Best Low Cost Airline | Air Asia.
Melihat nama Air Asia di kaos merah dan topi sang pengemudi sepeda dan papan promosi perusahaan penerbangan murah tersebut, saya cukup kagum dibuatnya. Ternyata Air Asia menerapkan cara yang pintar dan ramah lingkungan dalam menarik perhatian para wisatawan yang ada di Ubud. Pasti hal yang sama dilakukan pula oleh Maskapai Penerbangan tersebut di kawasan wisata lainnya seperti Kuta, Legian, Sanur atau Nusa Dua. Selain efektif sekali dalam mempromosikan produknya, Air Asia secara tidak langsung telah mengajak orang untuk naik sepeda kalau hendak bepergian. Bersepeda setiap hari adalah gaya hidup yang menyehatkan. oleh Leo Roring

Tuesday, March 12, 2013

Bali

Saya kemudian melanjutkan perjalanan ke Bali dengan naik bis setelah berbelanja beberapa barang elektronik di Hi Tech Mall Surabaya. Bis berangkat di sore hari dan tiba di Terminal Ubung pada pagi hari. Dari situ, saya melanjutkan perjalanan ke Ubud. Banyak sekali wisatawan asing yang sedang berlibur di Ubud.
Sebuah kunjungan singkat di Monkey Forest di siang hari cukup saya nikmati. Ada banyak monyet di sana. Bila ingin ke sana pastikan bahwa Anda tidak membawa makanan. Bila itu yang Anda lakukan maka kemungkinan besar monyet-monyet itu akan mengambilnya dari tangan Anda. Jangan sampai Anda terluka karena kuku mereka sangat tajam dan mungkin gigitan mereka mengandung kuman rabies. Jadi berhati-hatilah kalau ke sana.
Selama beberapa bulan ke depan, saya akan berada di Bali. Banyak hal yang akan saya lakukan dan banyak tempat yang akan saya kunjungi. Tentu banyak pula cerita yang akan saya bagikan di blog ini. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Sunday, March 10, 2013

Hi-Tech Mall Surabaya

Hutan beton yang dikepung oleh papan-papan reklame - seperti itulah kesan pribadi saya mengenai kota Surabaya. Sebagai kota perdagangan dan ibukota Provinsi Jawa Timur, Surabaya terkenal sebagai surga bagi para pelancong yang suka berbelanja.
Cocok untuk siapa saja yang ingin berbelanja komputer dan barang elektronik
Untuk siapa saja yang hobi mengoleksi gadget canggih, Hi-Tech Mall adalah tempat yang saya rekomendasikan. Saya juga sempat ke sana beberapa kali untuk membeli memori eksternal yang sangat saya perlukan buat menyimpan foto. Selama perjalanan dari Papua ke Jawa dan selanjutnya ke Bali, saya mengambil ratusan foto yang akan saya pakai dalam menulis artikel perjalanan buat blog ini maupun website saya yang lain. Jika foto itu ditambah dengan foto yang saya ambil sewaktu mengantar wisatawan di Papua maka jumlahnya bisa mencapai ribuan file. Di Hi-Tech Mall tersebut, saya membeli 1 buah external hard drive merek Probox. Saya juga membeli satu buah tripod untuk kamera digital. Berbagai peralatan elektronik dijual di Hi-Tech Mall mulai dari televisi, laptop, iPad, kamera digital, hingga GPS. Software asli maupun bajakan tersedia pula di sana. Ngomong-ngomong tentang software, saya sendiri sempat membeli beberapa buah yang ada hubungannya dengan pekerjaan modeling dalam 3 dimensi. Sebenarnya saya lebih suka membeli yang asli namun karena harganya yang sangat mahal dan tidak ada vendor lokal maka terpaksa saya membeli software tersebut yang harganya kurang dari Rp. 50.000.  
Dipadati oleh mahasiswa dan profesional muda
Berjalan sepanjang toko-toko elektronik di dalam Hi-Tech Mall Surabaya, saya melihat banyak sekali pelajar, mahasiswa dan profesional muda yang berinteraksi dengan penjaga toko. Kebanyakan dari mereka membeli laptop dan tablet. Nampaknya trend penjualan tablet lagi naik. Banyak sekali perusahaan yang mencoba menjualnya kepada para pembeli lewat berbagai kampanye promosi mereka. Karena harga Apple iPad tergolong mahal buat konsumen di Indonesia, Samsung Galaxi, dan produk sejenis buatan China yang lebih murah menjadi pilihan para pengunjung mall.
Ada sebuah iklan yang cukup menarik perhatian saya sewaktu berada di sana. Di tangga lantai 1, Telkom Indonesia sedang mempromosikan produk andalan mereka yakni Flexi Mobile Broadband dengan koneksi data hingga mencapai 5 Mbps. Ini adalah sebuah perkembangan yang cukup menarik buat saya. Semoga produk telkom yang satu ini tersedia pula di Papua.
Pakaian juga ada
Tidak hanya komputer dan gadget canggih yang bisa Anda temukan di sana. Pakaian dengan harga yang terjangkau juga bisa didapatkan di Ramayana. Harga yang ditawarkan relatif terjangkau.
Sehabis berbelanja, saya langsung menuju tempat penjualan tiket bis travel yang akan mengantar saya ke Pulau Dewata. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Patung Karapan Sapi dan Papan Reklame

Saya tiba di Surabaya ketika hari sudah malam. Dijemput oleh saudara sepupu, saya dibawa ke hotel Bali tempat di mana saya akan menginap selama satu malam sebelum melanjutkan lagi perjalanan ke Bali dengan naik bis. Hotel ini terletak di pinggir Kali Mas dan tarif per malamnya tergolong murah sekali. Tubuh saya terasa lelah sehingga saya langsung mandi dan setelah itu berbaring saja di tempat tidur. Pagi harinya, saya berkunjung ke Toko Buku Togamas di Jalan Diponegoro. Ketika lewat di Jalan Jendral Basuki Rachmad, saya melihat Patung Karapan Sapi - sebuah karya seni yang luar biasa indahnya. Patung ini mengangkat atraksi budaya masyarakat Madura ke ruang publik untuk dinikmati dan diappresiasi oleh semua orang.
Sayang sekali, bagian belakang patung itu dihiasi beberapa reklame besar seperti iklan Sony Internet TV, Shampo Sunsilk dan Kopi Kapal Api. Saya tidak menolak adanya pemasangan iklan di tempat publik tetapi estetika sebuah atraksi wisata dan budaya yang ditunjukkan oleh Patung Karapan Sapi menjadi hilang dengan adanya papan-papan iklan berukuran besar tersebut. Papan iklan sebaiknya ditaruh di tempat lain saja. Sebenarnya Pemkot Surabaya perlu membersihkan kawasan sekitar patung tersebut dari papan reklame guna mempertegas vocal point dari karya seni ini. Jika itu terjadi, saya yakin akan ada banyak wisatawan yang ingin mampir untuk memotretnya sehingga secara tidak langsung mempopulerkan atraksi karapan sapi ke seluruh dunia. Semoga ada pejabat di tingkat Pemkot Surabaya atau Pemda Jatim yang membaca keprihatinan saya ini. Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Friday, March 8, 2013

Tiba di Selat Madura

Selat Madura adalah perairan yang membagi Pulau Jawa dan Pulau Madura. Setelah satu hari penuh berlayar dari Makassar, tibalah kami di selat itu. Hari sudah sore ketika KM Labobar mengurangi kecepatannya saat mendekati pelabuhan Tanjung Perak. Ada banyak sekali kapal yang berlabuh dan lalu lalang di Selat Madura. Sepanjang mata memandang, saya bisa melihat berbagai jenis kapal dalam bermacam-macam ukuran. Kebanyakan di antaranya adalah kapal barang.
Saya cukup mengetahui jenis dan fungsi kapal yang ada di perairan Selat Madura karena latar belakang pendidikan saya adalah Naval Architecture, sebuah cabang ilmu pengetahuan yang mendalami arsitektur perkapalan.
Dari kejauhan saya melihat tongkang-tongkang yang dipenuhi kayu gelondongan. Mungkin kayu itu didatangkan dari Kalimantan. Sedih rasanya melihat pemandangan tersebut tapi saya tidak bisa berbuat banyak. Mungkin kayu itu akan digunakan oleh pabrik kertas atau perabotan rumah tangga.
Saya juga harus berpikir realistis bahwa masyarakat modern memiliki kebutuhan kertas yang tinggi. Karena bahan baku untuk membuat kertas adalah serat kayu maka kebutuhan terhadap kayu cenderung meningkat.
Sebenarnya dengan berkembangnya teknologi informasi, penggunaan kertas dapat dikurangi secara signifikan. Surat-menyurat saat ini dapat dilakukan dengan teknologi e-mail sedangkan buku-buku bisa diterbitkan dalam format e-book. Semoga di masa mendatang masyarakat modern bisa mengurangi penggunaan kayu dalam jumlah besar supaya hutan hujan tropis yang kita miliki di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua tetap lestari selamanya. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Thursday, March 7, 2013

Pedagang-pedagang di Kapal PELNI

Ada banyak hal menarik yang saya lihat selama berlayar dari Manokwari ke Surabaya. Di lautan biru berbagai jenis kapal melayari kepulauan nusantara yang indah dan permai. Sedangkan di setiap pelabuhan yang saya singgahi ada hal-hal unik yang saya jumpai. Begitu pula dengan di dalam kapal KM Labobar, ada ribuan orang yang ikut berlayar. Oleh karena itu, kapal ini lebih dari sekedar alat transportasi. Saya suka menyebutnya sebagai sebuah kota kecil. Para penumpang dan Anak Buah Kapal (ABK) memanfaatkan kesempatan berlayar untuk mencari uang. ABK pada umumnya menyewakan kamar yang mereka miliki. Petugas di dapur menjual makanan, sedangkan para penumpang menjual berbagai jenis barang dagangan mulai dari rokok, hingga boneka. 
Para ABK seharusnya berkonsentrasi pada pekerjaannya mereka mengoperasikan kapal dan melayani penumpang. Tapi ABK yang berdagang merupakan pemandangan yang umum kita lihat di semua kapal yang berlayar di Indonesia. Mereka berdagang untuk memperoleh tambahan penghasilan bagi keluarganya. 
Karena penumpang dan ABK ramai berjualan, lorong maupun dinding yang kosong sering digunakan sebagai tempat pajangan barang dagangan mereka. Tentu saja hal ini menimbulkan kesan yang kurang indah dipandang mata. Di samping itu, sampah yang ditimbulkan dari aktivitas jual-beli berserakan di mana-mana. Secara pribadi, saya bisa memaklumi kegiatan jual-beli itu karena gaji yang diterima oleh ABK dari PT PELNI tergolong kecil. Sebagian besar penumpang yang berjualan di atas kapal Labobar membeli tiket kelas Ekonomi. Jelas sekali bahwa mereka berasal dari kalangan ekonomi lemah. Tapi kegiatan dagang ini perlu ditertibkan oleh PELNI agar kapal yang dibeli oleh negara dengan harga mahal dari Jerman tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi.
Hal yang selalu saya soroti adalah kebersihan kapal. Tanggung jawab menjaga kebersihan ada pada penumpang dan ABK. Sehingga para pengguna jasa PT PELNI dan ABK tidak boleh membuang sampah sembarangan. Saya sarankan agar, PELNI menggunakan teknik "canggih" yang umum diterapkan di pesawat tempur. Pengumuman atau peringatan otomatis yang dikeluarkan oleh komputer di pesawat tempur umumnya menggunakan suara perempuan. Bila memungkinkan PELNI menggunakan pula suara perempuan saat mengeluarkan pengumuman kepada para penumpang dan ABK agar membuang sampah pada tempatnya. Bila perlu, poster perempuan cantik ditempel di dinding kapal yang meminta semua orang supaya menjaga kebersihan kapal. Niscaya setiap orang yang melihat poster itu dan membacanya akan menaatinya. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Kapal Tunda Si Kecil yang Perkasa

Masih berkaitan dengan posting saya tentang Pelabuhan Makassar, saya ingin bercerita sedikit tentang tug boat atau kapal tunda. Kapal ini banyak ditemukan di pelabuhan-pelabuhan besar di seluruh dunia. Ukurannya kecil dan di sekelilingnya dipasangi karet atau ban-ban bekas sebagai peredam benturan ketika kapal tunda mendorong kapal lain yang lebih besar. Kapal tunda diperlukan untuk membantu kapal besar melakukan manuver di pelabuhan yang ramai atau luas perairannya terbatas. Kapal tunda juga dipakai untuk menarik ponton yang tidak memiliki tenaga penggerak sendiri. Ponton biasanya digunakan untuk mengangkut  barang, kayu, hasil tambang seperti batu bara.
Oleh karena itu, meskipun kapal tunda memiliki ukuran yang kecil, tenaga tarik dan dorong yang dimilikinya cukup besar. Ketika KM Labobar yang saya tumpangi mendekati Pelabuhan Makassar, ada dua kapal tunda yang mendekati KM Labobar yakni TB Anoman II dan TB Selat Tanakeke. TB singkatan dari Tug Boat. Mereka membantu mendorong KM Labobar yang ukurannya beberapa kali lebih besar agar kapal penumpang ini bisa merapat di dermaga dengan aman.
Melihat kapal-kapal itu, saya teringat pada masa ketika saya masih kuliah dulu. Saya pernah ditugaskan untuk mendesain sebuah kapal tunda dengan tenaga 2 x 1000 horsepower. Ini merupakan tugas kuliah Perancangan Kapal 1. Saya sempat kebingungan untuk mengerjakan tugas itu. Untung saja ada buku referens yang sangat berguna berjudul Caldwell's Screw Tug Design. Akhirnya saya bisa merancang kapal tunda dengan baik berkat referens itu. Tanpa jasa kapal tunda, manuver kapal-kapal besar di pelabuhan yang ramai akan sangat sulit dilakukan. oleh Leo Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Truk Fuso Mengangkut Excavator Cat

Ketika kami meninggalkan Pelabuhan Makassar untuk berbelanja, ada beberapa orang Anak Buah Kapal sedang membersihkan lambung KM Labobar. Mereka mengenakan ketelpak biru tua. Peralatan yang dipakai untuk membersihkan kotoran yang menempel di lambung kapal terdiri dari sikat yang dipasang di tongkat panjang yang terbuat dari aluminium atau bambu. Kebersihan kapal merupakan hal yang penting untuk menciptakan kenyamanan berlayar bagi para penumpang. Di samping itu, kapal yang bersih akan terlihat lebih indah dan menarik. Ketika kami kembali ke pelabuhan, suasana di sana nampak lengang. Beberapa pengantar masih berdiri di pelabuhan. 
Sejumlah excavator bermerek Cat, Hyundai dan Hitachi yang diparkir di dermaga mulai diangkut menggunakan truk-truk Fuso yang berukuran besar. Sebenarnya excavator atau alat penggali tersebut bisa berjalan sendiri tapi geraknya yang lambat bisa menimbulkan kemacetan panjang di jalan raya. Di samping itu pula, excavator tidak menggunakan ban melainkan rantai dengan bilah-bilah besi untuk berjalan. Hal ini bisa berakibat pada rusaknya permukaan jalan aspal bila ia melewatinya. Excavator banyak digunakan dalam proyek-proyek konstruksi besar terutama untuk menggali tanah atau membuat parit besar. 
Cara truk Fuso mengangkut excavator cukup unik. Dengan menggunakan dua tiang besi yang dipanjangkan secara hidrolik, truk tersebut terangkat bagian depannya. Setelah bagian belakang truk tersebut mendekati lantai dermaga maka excavator akan bergerak maju secara perlahan untuk menaiki truk. Ada stiker yang menyerupai bendera Amerika dipasang di bagian depan truk Fuso ini. Padahal setahu saya Fuso adalah merek truk buatan sebuah perusahaan Jepang yang bernama Mitsubishi. Kota Makassar yang pesat perkembangannya pasti membutuhkan banyak alat berat sehingga berbagai proyek konstruksi yang dibutuhkannya bisa terlaksana dengan baik dan cepat. oleh Leo Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Menerobos Hiruk Pikuk kota Makassar

Kapal Labobar agak lama berada di Makassar. Oleh karena itu saya, dan Pak Franky Makatita - yang adalah teman satu kamar dalam perjalanan menuju Pulau Jawa, memutuskan untuk berbelanja di sebuah Department Store yang terletak di sekitar Jalan Latimojong. Suasana jalan raya dari pelabuhan hingga ke toko pakaian tersebut padat merayap terutama di daerah dekat pelabuhan. Banyak sekali kendaraan yang memadati jalan di sore hari. Sebagian warga kota Makassar baru saja pulang dari tempat kerja mereka. Dengan menumpang mobil Honda Jazz yang dikemudikan oleh temannya Pak Franky yang juga bekerja di PELINDO, kami perlahan-lahan menerobos hiruk pikuk kota Makassar itu. Kami lewat Jalan Sulawesi untuk menghindari kemacetan. Selanjutnya sedan kecil ini melaju di sepanjang Jalan Penghibur.  Agak lama berselang, saya melihat sebuah bangunan bertingkat yang bernama Restoran Bambuden I - mungkin di sana ada jual ikan bakar. Sayang sekali kami tidak mampir karena bukan itu tujuan kami. Ketika menulis cerita ini, saya mencoba mencari tahu lebih banyak tentang Restoran Bambuden I. Mesin pencari Google memberikan jawaban yang mengagetkan. Menurut situs Tribunnews, Restoran Bambuden 1 ini mengalami kebakaran di sore hari pada 7 Juni 2012.
Akhirnya kami tiba di Department Store yang dimaksud. Saya membeli sepasang sandal dan Pak Franky membeli sebuah celana jeans bermerek Levis 501. Menurut Pak Franky hanya department store tersebut yang menjual celana Jeans Levis 501 di Makassar. Ternyata harganya lumayan mahal. Tapi karena kualitasnya bagus, Pak Franky tetap membelinya. Jalan Latimojong tempat toko itu berada tidak terlalu ramai. Ada beberapa tukang becak yang beristirahat di pinggir jalan. Para tukang becak semakin sulit untuk mempertahankan pekerjaannya karena warga kota lebih memilih naik sepeda motor atau mobil. Beberapa kali saya melihat orang naik sepeda di kota ini. Saya senang dengan pemandangan tersebut karena ternyata ada sejumlah warga kota Makassar yang tetap memakai kendaraan yang ramah lingkungan. Ada sebuah toko yang tak jauh dari department store yang saya kunjungi namanya American Modern Bakery. Toko itu cukup besar. Ini memberi petunjuk bahwa ada sebagian warga kota Makassar yang suka makan roti.
Meskipun sudah beberapa kali saya singgah di kota Makassar, sebenarnya saya tidak terlalu menguasai jalan-jalan di sana. Saya lebih sering transit di Bandara Hasanuddin atau di Pelabuhan Makassar. Secara umum, kota Makassar adalah kota yang terkemuka di Indonesia Timur dan merupakan kota perdagangan dan pendidikan. Setelah selesai berbelanja, kami kembali ke pelabuhan. Kalau saya ada kesempatan dan punya cukup uang, saya ingin menghabiskan waktu lebih lama di kota ini untuk menelusuri tempat-tempat wisatanya dan menuangkan beberapa cerita tentang kota Makassar di blog ini lagi. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Wednesday, March 6, 2013

Pelabuhan Makassar

Masih berkaitan dengan posting saya sebelumnya tentang kapal-kapal di Selat Makassar, sekarang saya ingin melanjutkan lagi cerita tentang Pelabuhan Makassar. Ini adalah pelabuhan teramai di Indonesia Timur yang menjadi tempat persinggahan bagi berbagai jenis kapal baik yang berukuran besar maupun kecil penumpang. Kalau dilihat dari laut, terminal penumpang ada di sebelah kiri sedangkan terminal peti kemas ada di sebelah kanan. Crane pengangkat peti kemas berwarna biru, merah, dan kuning berjejer sepanjang dermaga siap melaksanakan tugasnya memuat dan membongkar kontainer dari kapal. Ada sebuah kapal barang (cargo ship) yang sandar di dermaga kontainer. Dengan fitur optical zoom yang ada pada kamera digital Nikon Coolpix P500, saya memperbesar gambar cargo ship tersebut dan mendapati bahwa nama kapal itu adalah Magnolia Star. Sebagian besar kapal yang berlabuh di perairan sekitar Pelabuhan Makassar dalam keadaan kosong. Hal ini mudah diketahui dari tinggi sarat air kapal-kapal barang tersebut yang kecil. Lambung kapal yang kosong mencuat dari dalam air laut. 
Dari atas geladak utama KM Labobar, saya bisa melihat excavator berbaris di dermaga. Sebagian masih baru. Excavator yang didominasi warna kuning itu bermerek Cat, Hitachi, JCB,, dan Hyundai. Hanyak merek JCB yang baru saya kenal. Setelah mencari tahu di Google, akhirnya saya mendapati bahwa JCB merupakan nama perusahaan multinasional pembuat alat barat yang berasal dari Inggris Raya. 
Pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia mendorong naiknya kebutuhan akan alat-alat berat yang sangat diperlukan dalam pelaksanaan berbagai proyek konstruksi baik untuk pembuatan jalan, bangunan, bendungan, jembatan maupun pelabuhan. Saya juga melihat alat berat lainnya seperti bulldozer dan loader di pelabuhan. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Kapal-kapal di Selat Makassar

KM Labobar memasuki Selat Makassar di siang hari. Laut antara Kalimantan dan Sulawesi nampak lebih ramai dibandingkan laut di Papua dan Maluku. Kapal-kapal barang baik yang terbuat dari baja dan kayu sering dilewati atau berpapasan dengan KM Labobar yang saya tumpangi. Salah satu di antaranya adalah kapal kargo Mentari Sukses yang memuat beberapa kontainer di atas geladak utamanya dan sebuah mobil ambulans berwarna putih. Lambungnya berwarna hijau dan di cerobong asapnya ada tulisan MSP. Saat menulis cerita ini, saya mencoba mencari apa kepanjangan dari MSP. Om Google menjawab: Mentari Sejati Perkasa, sebuah perusahaan shipping yang bermarkas di Surabaya.
Di samping kapal kontainer, saya juga melihat kapal kayu yang digerakkan dengan mesin. Kapal ini juga bisa dikategorikan sebagai kapal barang meskipun tidak mengangkut kontainer yang umumnya dibawa oleh kapal-kapal baja. Ada ribuan pulau di nusantara sehingga kehadiran kapal kayu menjadi urat nadi perekonomian kampung-kampung pesisir dengan kota besar. Masyarakat Sulawesi dari selatan hingga utara adalah pelaut-pelaut ulung. Oleh karena itu, kapal-kapal kayu yang mereka buat masih terus melayari perairan nusantara. Meskipun kecil dan kalah modern dibanding kapal-kapal baja, kapal kayu tetap memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian daerah-daerah pesisir Indonesia yang tidak dimasuki oleh maskapai pelayaran besar.
Sekitar jam 4 sore, bangunan-bangunan bertingkat dari kota Makassar mulai terlihat dari kejauhan. Perairan di sekitar pelabuhan dipadati oleh kapal-kapal barang yang sedang berlabuh. Dari kejauhan, sebuah kapal PELNI lainnya sedang sandar di Pelabuhan Makassar. Dengan menggunakan kamera digital Nikon Coolpix P500, saya memperbesar gambar kapal PELNI itu hingga terbaca nama KM Kerinci Sejak ratusan tahun yang lalu, bandar Makassar sudah dikenal sebagai tempat persinggahan bagi kapal-kapal dagang yang mencari rempah-rempah di bagian timur nusantara. Kini Makassar telah tampil sebagai kota yang modern dengan berbagai dinamika kehidupan masyarakatnya.
Selama berlayar dari Sorong ke Makassar, saya mendapat teman kamar yang baru bernama Bpk. Franky Makatita. Beliau adalah pegawai PELINDO Sorong. Bersama dengannya, saya berkeliling kota Makassar dan mengunjungi sebuah toko untuk membeli sepasang sandal. Makassar adalah salah satu pusat perdagangan dan pintu gerbang ke Indonesia Timur. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com