Saturday, July 27, 2013

Kapal PELNI Masih Menjadi Pilihan Para Pemudik

Sejak terjadinya kenaikan harga bahan bakar, berbagai maskapai penerbangan swasta di Indonesia menaikan harga tiket mereka. Bertambahnya biaya transportasi tidak hanya terjadi di perjalanan udara tetapi juga di perjalanan darat dan laut. Masyarakat Indonesia yang tidak mampu membayar harga tiket pesawat memilih naik kapal penumpang. Ada juga sebagian orang yang takut naik pesawat dan lebih memilih naik kapal.
Hal inilah yang menjadikan kapal-kapal PELNI tetap menjadi pilihan utama para pemudik yang ingin menghemat uang. Lonjakan jumlah penumpang yang bepergian ke berbagai pulau di Indonesia terjadi selama dua minggu menjelang dan sesudah lebaran. PT PELNI tahun 2013 ini menyiapkan 25 kapal yang diharapkan dapat mengangkut penumpang hingga lebih dari 839 ribu orang.
Foto di samping ini menunjukkan sebuah kapal PELNI yang sedang sandar di Pelabuhan Makassar Sulawesi Selatan. Kapal tersebut bernama KM Kerinci. Menurut situs resmi PT PELNI, kapasitas penumpang secara keseluruhan yang bisa diangkutnya adalah 1596 orang. Namun pada umumnya selama musim liburan, PT PELNI memperolehkan terjadinya penambahan penumpang hingga hampir dua kali lipat. Secara teknis hal tersebut memang bisa dimaklumi selama tinggi sarat air di lambung kapal tidak melewati Plimsol Mark sesuai dengan yang dipersyaratkan oleh Biro Klasifikasi Indonesia dan Departemen Perhubungan.
Namun demikian, kenyanaman penumpang dan keselamatan pelayaran tidak hanya ditentukan oleh tinggi sarat air. Jumlah penumpang yang berlebihan tentunya akan membutuhkan tambahan pelampung, sekoci, toilet, suplai air dan ruang tidur serta berbagai fasilitas lain di dalam kapal. Karena ruangan dan toilet tidak mengalami pertambahan tentu saja hal tersebut menyebabkan kenyamanan penumpang berkurang. Kapal menjadi kotor, dan aroma di dalam ruang-ruang geladak menjadi tidak sedap. Hal ini semakin diperparah dengan diperbolehkannya gang-gang dan ruangam di sekitar tangga untuk dijadikan sebagai tempat menaruh barang.
Situasi seperti yang saya jelaskan di atas terjadi di semua kapal PELNI. Hal yang lebih memprihatinkan adalah masih banyaknya penumpang dan ABK yang membuang sampah ke laut. Akibatnya perairan Indonesia semakin kotor. Kebiasaan membuang sampah di laut tidak menjadi monopoli penumpang dan ABK kapal PELNI. Hal tersebut terjadi juga pada sebagian besar kapal baik milik swasta maupun pemerintah yang berlayar di seluruh perairan nusantara.
Kembali pada cerita saya tentang mudik. Jika Anda adalah salah seorang calon penumpang yang hendak pulang kampung untuk menikmati Hari Raya Idul Fitri dengan keluarga, pesan saya sederhana saja. Berhati-hatilah dengan barang bawaan Anda. Ada banyak pencuri di atas kapal. Sebaiknya Anda tidak membawa perhiasan mahal dan uang dalam jumlah besar. Bila memungkinkan belilah tiket Kelas I, II dan III sehingga Anda bisa tidur di dalam kamar yang nyaman. Barang bawaan Anda bisa ditaruh di dalam lemari. Agar tidak terjadi kecelakaan di laut, saya pesankan pula kepada para calon penumpang untuk tidak merokok di dalam kabin-kabin atau geladak penumpang. Minuman berkadar alkohol tinggi sebaiknya tidak diminum di atas kapal.
Semoga perjalanan wisata Anda kembali ke rumah tetap menyenangkan sekalipun kapal sedang berlayar di lautan nusantara yang saat ini sedang bergelora. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com

Tuesday, July 23, 2013

Wisata Alam di Hutan Manokwari

Hutan hujan tropis sebagai atraksi ekowisata
Hutan hujan tropis memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang perlu kita lestarikan bersama. Di dalamnya kita bisa melihat berbagai macam tumbuhan, serangga, burung-burung, binatang melata maupun mamalia yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan.
Hutan sebagai tempat wisata mulai menarik besar perhatian masyarakat internasional sejak isu pemanasan global dan kerusakan lingkungan ramai diperbincangkan orang di berbagai media massa.
Kampung Warmarway
Salah satu tempat yang menjadi lokasi tujuan wisata hutan di Manokwari adalah Kampung Warmarway. Kampung di pesisir pantai ini terletak di sisi timur dari Pegunungan Arfak. Di sana, wisatawan bisa melihat burung Cendrawasih yang berdansa di pagi dan sore hari serta mengamati kuskus. Binatang yang hidup di pepohonan tersebut biasanya keluar di malam hari untuk mencari makan maupun kawin. Pemandu wisata setempat adalah Bpk. Yunus Sayori. Beliau bisa meniru suara kuskus betina untuk datang mendekat ke wisatawan yang sudah duduk menunggu di bawah pohon. Di samping melihat kuskus, wisatawan dapat pula memotret jamur yang bercahaya di malam hari.

Kampung Kwau
Bulan lalu, saya memandu tiga orang wisatawan Perancis selama tiga hari menjelajah hutan hujan tropis Papua di sekitar kota Manokwari. Kami menyusuri jalan setapak yang biasanya dipakai oleh penduduk setempat untuk berburu. Kami meninggalkan hotel Mansinam Beach dengan menggunakan kendaraan Toyota Innova menuju hutan Inggramui pada jam 9 pagi. Selanjutnya kami mulai berjalan menuju Sungai Pami. Sesampainya di tepi sungai kami beristirahat sejenak. Banyak sekali yang kami lihat di dalam hutan. Bunga anggrek, kupu-kupu dan burung taun-taun yang kebasan sayapnya dapat kami dengar dari kejauhan.
Udara yang kami hirup terasa segar di dada. Untuk menghindari gigitan nyamuk, kami mengusap sekujur permukaan kulit yang terbuka dengan lotion anti serangga. Keindahan alam Papua yang ada disekeliling kami berguna pula untuk melepaskan ketegangan berpikir yang biasanya dialami oleh orang-orang kota.
Pada jam 3 sore, kami tiba di kamp para pemburu. Di sana, kami menikmati pisang goreng dan teh panas yang langsung dibuat oleh pemandu lokal kami yaitu Kace dan Elia. Para turis Perancis nampak lelah akibat perjalanan panjang di iklim tropis yang kaya dengan terpaan sinar matahari. Namun wajah mereka terlihat berseri-seri. Mereka puas dengan perjalanan wisata di hutan Papua yang berakhir pada jam 7 malam. Secara keseluruhan, waktu yang kami habiskan untuk penjelajahan hutan pada hari pertama adalah 10 jam.
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke dataran tinggi Pegunungan Arfak untuk melihat burung-burung surga berdansa. Lokasi yang kami tuju adalah lereng Soyti (salah satu gunung di Pegunungan Arfak). Di sana burung Knang (magnificent birds of paradise), dan Cendrawasih Hitam (Western Parotia) berdansa menggoda pasangannya. Kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melihat burung-burung itu. Suhu udara yang dingin dipagi hari merupakan tantangan tersendiri buat kami. Setelah minum teh dan menikmati sepotong kue, kami pun meninggalkan rumah turis pada jam 5. Saat kami tiba di gubuk pengamatan burung (blind), matahari telah terbit dan suasana pagi di dalam hutan penuh dengan kicauan burung. Kami harus duduk selama kurang lebih 2 jam untuk menyaksikan burung-burung jantan menunjukkan kepiawaian mereka dalam berdansa untuk merayu para betina.
Perjalanan wisata ke Pegunungan Arfak telah lama dilakukan oleh para pengamat burung dari berbagai negara. Di hari terakhir, kami berjalan menuju kampung Kwau yang terletak di sebuah lembah.
Wisatawan Perancis akhirnya tiba kembali di hotel pada jam 6 sore. Petualangan yang mereka alami selama 3 hari di hutan Papua akan mereka kenang selamanya. oleh Charles Roring

Sunday, July 21, 2013

Berdansa Seperti Balerina Burung Western Parotia Merayu Sang Betina

Pegunungan Arfak adalah cagar alam di selatan kota Manokwari yang terkenal sebagai daerah tujuan wisata di antara para pengamat burung internasional. Antara tanggal 18 sampai 20 Juli, saya memandu Profesor Richard Ebright selama tiga hari melakukan perjalanan pengamatan burung di hutan awan (cloud forest) dari pegunungan tersebut. Profesor tersebut tidak sedang melakukan penelitian di Papua. Dia hanyalah seorang turis yang mengambil paket birdwatching di Pegunungan Arfak yang saya dan masyarakat setempat tawarkan di internet.
Selama berada di sana kami berhasil melihat sejumlah burung yang kebiasaan hidup mereka unik sekali. Beberapa di antaranya adalah:

  • Vogelkop bowerbird yang menghiasi tempat memikat betinanya dengan bunga-bunga dan "istana" yang terbuat dari ranting-ranting tanaman, buah dan bunga yang berwarna-warni.
  • Western Parotia yang berdansa layaknya penari balet untuk memikat sang betina.
  • Magnificent birds of paradise yang memamerkan bulunya yang indah dan menggoyangkan dua antenanya untuk memikat beberapa betina sekaligus.
Agar bisa melihat burung Papua yang unik dan indah tersebut, kami harus bersedia menunggui mereka di dalam gubuk pengamatan yang dingin, gelap, dan penuh dengan nyamuk. Rata-rata, waktu yang kami habiskan untuk menanti kedatangan setiap spesies adalah antara 3 sampai 5 jam. Penantian yang lama dan membosankan tersebut ternyata membuahkan hasil. Kami bisa melihat burung-burung tersebut dan juga beberapa spesies menarik lainnya seperti Cinnamon ground dove dan Spotted Catbird.
Burung Cinnamon ground dove suka mencari makan di permukaan tanah. Ketika kami sedang menanti kedatangan Western Parotia jantan berdansa, ternyata yang datang duluan adalah burung Cinnamon tersebut. Dia memakan biji-bijian yang jatuh dari pohon-pohon ke permukaan tanah tempat Western Parotia (Parotia sefilata) biasa berdansa. Meskipun bulu-bulunya tidak seindah burung Magnificent birds of paradise dan Lesser birds of paradise, Western Parotia memiliki kepiawaian dalam memikat sang betinanya lewat tarian alam yang luar biasa indahnya. Semoga ada koreografer yang tertarik untuk mengembangkan tarian burung ini menjadi tarian manusia yang bisa dinikmati banyak orang.  
Setelah tiga hari menjelajahi hutan pegunungan Arfak yang lewat, lembab dan dingin tersebut, akhirnya saya dan Professor Richard Ebright kembali ke kota Manokwari. Sang profesor selanjutnya akan naik kapal Dewi Nusantara untuk mengikuti paket wisata menyelam di Teluk Cendrawasih. 
Sebelum naik mobil, saya, Prof. Ebright dan sejumlah orang Papua dari Kampung Kwau berfoto bersama. Beberapa dari mereka adalah mahasiswa yang belajar di Universitas Papua. Mereka bekerja sebagai pemandu lokal, tukang masak dan tukang pikul barang (porter) dalam program eco-wisata ini. Penghasilan yang mereka peroleh sangat bermanfaat dalam menunjang biaya studi mereka. Saya sangat senang karena program eko-wisata yang saya jalankan di Manokwari Papua Barat, bermanfaat dalam menunjang pendidikan sejumlah anak-anak Papua.
Lokasi pengamatan burung-burung surga ini terletak di Gunung Soyti (salah satu dari gugusan Pegunungan Arfak). Wilayah ini berada pada ketinggian antara 1.300 sampai 1.500 meter di atas permukaan air laut. Para pelancong perlu menyewa kendaraan pick-up 4WD seperti Toyota Hilux atau Ford Ranger untuk mencapai hutan tropis yang menutupi Gunung Soyti. Lama waktu yang diperlukan adalah 2 jam. oleh Charles Roring/ Email: peace4wp@gmail.com

Tuesday, July 9, 2013

Bersama Wisatawan Perancis Menjelajah Hutan di Manokwari

Salah satu cara untuk melihat keanekaragaman hayati yang ada di dalam hutan hujan tropis adalah dengan berjalan di dalamnya. Awal Juni yang lalu, saya memandu 3 wisatawan Perancis selama 3 hari di belantara Manokwari. Pada hari pertama kami menjelajahi hutan dataran rendah yang ada di sepanjang Sungai Pami. Ini adalah perjalanan yang panjang sekali. Kami mulai pada jam 9.30 pagi dan selesai pada jam 18.30. Wisatawan Perancis itu benar-benar tangguh dan mereka dapat menyelesaikan seluruh perjalanan hari itu. Mereka adalah Anne, Stephanie dan Paul.

Mereka melihat pemandangan hutan yang indah saat berjalan menyusuri sungai Pami. Sangat sedikit turis yang sudah melalukan perjalanan ini. Tujuan dari tur adalah untuk melihat ekosistem hutan hujan tropis yang rumit. Ketika berada di dalam hutan mereka melihat berbagai spesies pohon, kupu-kupu dan burung. Salah satu burung yang menarik sekali untuk diamati adalah taun-taun yang sering terbang di kanopi hutan.
Pada hari berikutnya, program penjelajahan hutan dilanjutkan pada kawasan dataran tinggi antara 1.300 meter hingga 1.500 meter di atas permukaan laut. Wisatawan Perancis tersebut menonton beberapa burung surga seperti Western Parotia (Parotia sefilata), Magnificent Birds of Paradise (Cicinnurus magnificus) yang dalam bahasa lokal dikenal dengan nama Knang. Salah satu burung unik yang dikenal dengan sebutan raja rayu adalah Vogelkop bowerbird (Amblyiornis innornatus). Sayang sekali mereka hanya bisa melihat burung Knang hanya sekejap saja. Saat berada di dalam tempat pengamatan yang berupa gubuk sederhana, mereka berhasil melihat seekor Cinnamon fruit dove.
Pada hari terakhir dari tur yang diikuti tersebut, mereka berjalan kaki sejauh kurang lebih 7 kilometer dari tempat penginapan di kaki gunung Soyti ke Kampung Kwau. Mereka gembira sekali melihat panorama Pegunungan Arfak dengan lereng-lerengnya yang terjal ketika berjalan turun menuju kampung.
Pegunungan Arfak merupakan daerah tujuan wisata yang populer di kalangan wisatawan asing yang ingin berkunjung ke Papua Barat. Siapa saja yang ingin ikut program penjelajahan hutan ini haruslah memiliki kondisi fisik yang prima. Jika Anda tertarik untuk menikmati keindahan hutan di Manokwari, silahkan menghubungi saya (Charles Roring) dengan email: peace4wp@gmail.com

Saturday, July 6, 2013

Wisata Murah ke Raja Ampat

Raja Ampat saat ini menduduki posisi teratas sebagai destinasi terpopuler di Indonesia. Namun demikian, banyak sekali orang yang mengeluh dengan harga paket wisata yang ditawarkan oleh berbagai biro perjalanan di internet. Operator diving yang menggunakan kapal-kapal kayu jenis Phinisi umumnya mematok harga paket hingga 20 juta atau lebih. Tentu saja harga yang sedemikian tinggi tersebut dianggap mahal oleh kebanyakan wisatawan domestik. Sebenarnya biaya ke Raja Ampat akan lebih terjangkau jika kita bepergian ke sana secara berkelompok (grup) dengan jumlah peserta antara 6 sampai 10 org. Dari pengalaman pribadi saya, biaya sewa speed-boat bisa dipikul bersama. Mungkin saat ini dengan naiknya harga BBM, harga tiket ke Waisai ikut disesuaikan oleh pemilik kapal menjadi sekitar 200 ribu. Pintu masuk utama ke Raja Ampat adalah Pelabuhan Rakyat di kota Sorong. Jika Anda mendarat di bandara Domine Eduard Osok, gunakan taksi atau ojek untuk ke pelabuhan tersebut. Ada banyak kapal yang berlabuh di sana. Silahkan bertanya kepada petugas yang ada di pelabuhan mengenai kapal-kapal apa saja yang akan berlayar ke Raja Ampat. Setiap hari ada kapal cepat yang ke Waisai sedangkan untuk tujuan Harapan Jaya di Kepulauan Misool, frekuensi pelayarannya kemungkinan besar hanya sekali per minggu.