Tuesday, July 23, 2013

Wisata Alam di Hutan Manokwari

Hutan hujan tropis sebagai atraksi ekowisata
Hutan hujan tropis memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang perlu kita lestarikan bersama. Di dalamnya kita bisa melihat berbagai macam tumbuhan, serangga, burung-burung, binatang melata maupun mamalia yang menggantungkan hidupnya pada ekosistem hutan.
Hutan sebagai tempat wisata mulai menarik besar perhatian masyarakat internasional sejak isu pemanasan global dan kerusakan lingkungan ramai diperbincangkan orang di berbagai media massa.
Kampung Warmarway
Salah satu tempat yang menjadi lokasi tujuan wisata hutan di Manokwari adalah Kampung Warmarway. Kampung di pesisir pantai ini terletak di sisi timur dari Pegunungan Arfak. Di sana, wisatawan bisa melihat burung Cendrawasih yang berdansa di pagi dan sore hari serta mengamati kuskus. Binatang yang hidup di pepohonan tersebut biasanya keluar di malam hari untuk mencari makan maupun kawin. Pemandu wisata setempat adalah Bpk. Yunus Sayori. Beliau bisa meniru suara kuskus betina untuk datang mendekat ke wisatawan yang sudah duduk menunggu di bawah pohon. Di samping melihat kuskus, wisatawan dapat pula memotret jamur yang bercahaya di malam hari.

Kampung Kwau
Bulan lalu, saya memandu tiga orang wisatawan Perancis selama tiga hari menjelajah hutan hujan tropis Papua di sekitar kota Manokwari. Kami menyusuri jalan setapak yang biasanya dipakai oleh penduduk setempat untuk berburu. Kami meninggalkan hotel Mansinam Beach dengan menggunakan kendaraan Toyota Innova menuju hutan Inggramui pada jam 9 pagi. Selanjutnya kami mulai berjalan menuju Sungai Pami. Sesampainya di tepi sungai kami beristirahat sejenak. Banyak sekali yang kami lihat di dalam hutan. Bunga anggrek, kupu-kupu dan burung taun-taun yang kebasan sayapnya dapat kami dengar dari kejauhan.
Udara yang kami hirup terasa segar di dada. Untuk menghindari gigitan nyamuk, kami mengusap sekujur permukaan kulit yang terbuka dengan lotion anti serangga. Keindahan alam Papua yang ada disekeliling kami berguna pula untuk melepaskan ketegangan berpikir yang biasanya dialami oleh orang-orang kota.
Pada jam 3 sore, kami tiba di kamp para pemburu. Di sana, kami menikmati pisang goreng dan teh panas yang langsung dibuat oleh pemandu lokal kami yaitu Kace dan Elia. Para turis Perancis nampak lelah akibat perjalanan panjang di iklim tropis yang kaya dengan terpaan sinar matahari. Namun wajah mereka terlihat berseri-seri. Mereka puas dengan perjalanan wisata di hutan Papua yang berakhir pada jam 7 malam. Secara keseluruhan, waktu yang kami habiskan untuk penjelajahan hutan pada hari pertama adalah 10 jam.
Keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan ke dataran tinggi Pegunungan Arfak untuk melihat burung-burung surga berdansa. Lokasi yang kami tuju adalah lereng Soyti (salah satu gunung di Pegunungan Arfak). Di sana burung Knang (magnificent birds of paradise), dan Cendrawasih Hitam (Western Parotia) berdansa menggoda pasangannya. Kami harus bangun pagi-pagi sekali untuk melihat burung-burung itu. Suhu udara yang dingin dipagi hari merupakan tantangan tersendiri buat kami. Setelah minum teh dan menikmati sepotong kue, kami pun meninggalkan rumah turis pada jam 5. Saat kami tiba di gubuk pengamatan burung (blind), matahari telah terbit dan suasana pagi di dalam hutan penuh dengan kicauan burung. Kami harus duduk selama kurang lebih 2 jam untuk menyaksikan burung-burung jantan menunjukkan kepiawaian mereka dalam berdansa untuk merayu para betina.
Perjalanan wisata ke Pegunungan Arfak telah lama dilakukan oleh para pengamat burung dari berbagai negara. Di hari terakhir, kami berjalan menuju kampung Kwau yang terletak di sebuah lembah.
Wisatawan Perancis akhirnya tiba kembali di hotel pada jam 6 sore. Petualangan yang mereka alami selama 3 hari di hutan Papua akan mereka kenang selamanya. oleh Charles Roring

No comments:

Post a Comment