Wednesday, March 6, 2013

Kapal-kapal di Selat Makassar

KM Labobar memasuki Selat Makassar di siang hari. Laut antara Kalimantan dan Sulawesi nampak lebih ramai dibandingkan laut di Papua dan Maluku. Kapal-kapal barang baik yang terbuat dari baja dan kayu sering dilewati atau berpapasan dengan KM Labobar yang saya tumpangi. Salah satu di antaranya adalah kapal kargo Mentari Sukses yang memuat beberapa kontainer di atas geladak utamanya dan sebuah mobil ambulans berwarna putih. Lambungnya berwarna hijau dan di cerobong asapnya ada tulisan MSP. Saat menulis cerita ini, saya mencoba mencari apa kepanjangan dari MSP. Om Google menjawab: Mentari Sejati Perkasa, sebuah perusahaan shipping yang bermarkas di Surabaya.
Di samping kapal kontainer, saya juga melihat kapal kayu yang digerakkan dengan mesin. Kapal ini juga bisa dikategorikan sebagai kapal barang meskipun tidak mengangkut kontainer yang umumnya dibawa oleh kapal-kapal baja. Ada ribuan pulau di nusantara sehingga kehadiran kapal kayu menjadi urat nadi perekonomian kampung-kampung pesisir dengan kota besar. Masyarakat Sulawesi dari selatan hingga utara adalah pelaut-pelaut ulung. Oleh karena itu, kapal-kapal kayu yang mereka buat masih terus melayari perairan nusantara. Meskipun kecil dan kalah modern dibanding kapal-kapal baja, kapal kayu tetap memegang peranan penting dalam menunjang perekonomian daerah-daerah pesisir Indonesia yang tidak dimasuki oleh maskapai pelayaran besar.
Sekitar jam 4 sore, bangunan-bangunan bertingkat dari kota Makassar mulai terlihat dari kejauhan. Perairan di sekitar pelabuhan dipadati oleh kapal-kapal barang yang sedang berlabuh. Dari kejauhan, sebuah kapal PELNI lainnya sedang sandar di Pelabuhan Makassar. Dengan menggunakan kamera digital Nikon Coolpix P500, saya memperbesar gambar kapal PELNI itu hingga terbaca nama KM Kerinci Sejak ratusan tahun yang lalu, bandar Makassar sudah dikenal sebagai tempat persinggahan bagi kapal-kapal dagang yang mencari rempah-rempah di bagian timur nusantara. Kini Makassar telah tampil sebagai kota yang modern dengan berbagai dinamika kehidupan masyarakatnya.
Selama berlayar dari Sorong ke Makassar, saya mendapat teman kamar yang baru bernama Bpk. Franky Makatita. Beliau adalah pegawai PELINDO Sorong. Bersama dengannya, saya berkeliling kota Makassar dan mengunjungi sebuah toko untuk membeli sepasang sandal. Makassar adalah salah satu pusat perdagangan dan pintu gerbang ke Indonesia Timur. oleh Charles Roring/ E-mail: peace4wp@gmail.com 

No comments:

Post a Comment